Waktuku.com – Kisah Nabi Hud termasuk salah satu kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Bahkan, nama Nabi Hud juga menjadi salah satu nama surat dalam Al-Qur’an, yakni surat Hud.
Nabi Hud sendiri sejak kecil merupakan sosok yang menunjukkan perilaku terpuji, seperti ramah, jujur, bijaksana dan amanah.
Nabi Hud tinggal di Al-Ahqaf, yang lokasinya ada di sebelah utara Hadramaut. Nabi Hud sendiri diutus kepada kaum ‘Ad yang juga termasuk kaum yang gemar bermaksiat.
Kisah Nabi Hud Singkat dan Lengkap
Adapun kisah Nabi Hud secara singkat dalam berdakwah kepada kaum ‘Ad bisa disimak dalam informasi berikut.
1. Sepintas Tentang Nabi Hud, Kaum dan Daerah Tempat Tinggalnya

Nabi Hud merupakan nabi yang termasuk bagian dari bangsa Arab seperti Nabi Saleh, Nabi Muhammad dan Nabi Syuaib. Nabi Hud sendiri adalah cucu dari Nabi Nuh. Nabi Hud sendiri disebutkan lahir di Hadramaut, sama dengan Nabi Sholeh.
Hadramaut ini merupakan daerah yang sangat subur. Karena daerahnya subur, hasil kegiatan pertanian di daerah ini sangat bagus. Selain itu, di Hadramaut ini pula terdapat Qabr Hud atau Makam Hud dan di dekatnya ada masjid yang ramai dikunjungi oleh peziarah.
Kisah Nabi Hud ini berhubungan erat dengan kaum ‘Ad. Ini adalah kaum yang hidup dengan nyaman karena tanah di tempat tinggal mereka sangat subur, hewan ternaknya sehat dan aliran airnya juga bagus serta melimpah.
baca juga: Kisah Nabi Ismail
Di sisi lain, kaum ‘Ad memiliki perawakan tubuh yang besar serta kuat. Perawakan tubuh seperti ini sangat membantu dalam bekerja setiap harinya. Disebutkan bahwa tinggi tubuh laki-laki kaum ‘Ad mencapai 100 siku.Ukuran yang paling pendek laki-laki dalam kaum tersebut adalah 60 siku.
Akan tetapi, segala nikmat yang dinikmati tidak membuat mereka mengenali penciptanya. Mereka sama dengan kaum Nabi Nuh, tidak mengenal Allah Swt. Sebaliknya, mereka menyembah Shamud dan Alhattar, patung buatan mereka sendiri.
baca juga: Kisah Nabi Zulkifli
2. Kisah Dakwah Nabi Hud AS Tantangannya

Kaum ‘Ad adalah kaum yang tidak beragama dan tidak beriman kepada Allah Swt. Untuk itulah Nabi Hud diutus kepada mereka untuk menunjukkan siapa Tuhan yang sebenarnya sesuai dengan yang ada di dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 52 berikut ini.
وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَ
Artinya:
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”.
Demikian kerasnya usaha Nabi Hud untuk membawa kembali kaumnya ke jalan yang benar sesuai dengan yang diperintahkan Allah Swt.
Namun, kaum ‘Ad justru membangkang serta tidak mau meninggalkan patung-patung yang selama ini mereka sembah.
Bukan hanya menolak kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Hud, kaum ‘Ad juga menuduh Nabi Hud sudah gila. Kisah Nabi Nuh yang mendapat jawaban seperti itu dari kaumnya bahkan juga diabadikan dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 54 berikut ini.
إِن نَّقُولُ إِلَّا ٱعْتَرَىٰكَ بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوٓءٍ ۗ قَالَ إِنِّىٓ أُشْهِدُ ٱللَّهَ وَٱشْهَدُوٓا۟ أَنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
Artinya:
Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu”. Huud menjawab: “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan,
Penolakan kaum ‘Ad tidak membuat Nabi Hud berputus asa. Beliau terus menyeru kaumnya agar meninggalkan patung-patung yang merupakan benda mati untuk kemudian menyembah hanya kepada Allah Swt.
Dalam dakwahnya ini pula Nabi Hud menunjukkan bukti kekuasaan Allah Swt kepada kaum ‘Ad yang menjadi pendukung bahwa apa yang beliau sampaikan adalah benar. Sayangnya, kaum ‘Ad tidak mempercayai Nabi Hud dan tetap membangkang.
baca juga: Kisah Nabi Ishaq
3. Peringatan dari Allah Swt Pada Kaum ‘Ad
Kisah Nabi Hud masih terus berlanjut dengan kaum ‘Ad yang masih saja menentang Nabi Hud. Atas sikap mereka yang sombong dan tidak mau menerima kebenaran itu, Allah Swt kemudian memberikan peringatan yang berupa kekeringan yang panjang.
Kekeringan ini membuat kaum ‘Ad merasa khawatir. Bagaimana tidak, kegiatan bertani yang mereka lakukan sangat bergantung pada ketersediaan air. Hewan ternak mereka juga membutuhkan air untuk tetap sehat dan bertahan hidup.
baca juga: Kisah Nabi Saleh
Musibah yang dialami kaum ‘Ad ini kemudian dimanfaatkan oleh Nabi Hud kembali meyakinkan kaum ‘Ad agar meninggalkan berhala. Dengan kata lain, Nabi Hud meminta mereka untuk bertaubat serta hanya menyembah Allah Swt.
Sama seperti sebelumnya, apa yang disampaikan oleh Nabi Hud tidak dianggap oleh kaum ‘Ad. Mereka bahkan menantang Nabi Hud untuk membuktikan ancaman dari Allah Swt yang sudah beliau sampaikan kepada mereka.
baca juga: Kisah Nabi Luth
4. Wanita Kaum ‘Ad Dimandulkan oleh Allah Swt

Kisah Nabi Hud terus bergulir dengan beliau yang merasa bosan karena berdakwah pada kaum ‘Ad namun tidak didengar. Nabi Hud berdoa kepada Allah Swt supaya Dia memandulkan para wanita kaum ‘Ad.
Allah Swt mengabulkan doa Nabi Hud sehingga tidak ada seorangpun wanita yang hamil pada tahun tersebut. Padahal, sang raja yang bernama Raja Jalijan sudah sesumbar bahwasanya setiap sehari semalam seribu orang anak terlahir sehingga kaum ‘Ad memiliki kekuatan yang kokoh.
baca juga: Kisah Nabi Harun
Mendapati fakta tersebut, kaum ‘Ad mengadu pada raja dan menyampaikan kekhawatiran mereka jangan-jangan apa yang dikatakan Nabi Hud benar. Setelah itu, Allah Swt mewahyukan kepada Nabi Hud agar mengajak kaum ‘Ad menyembah Allah Swt.
Jika mereka enggan berpaling dari patung-patungnya, Allah Swt akan membinasakan mereka dengan angin kuat. Saat mendengar peringatan tersebut, kaum ‘Ad bukannya bertobat, mereka malah melempari Nabi Hud dengan batu.
baca juga: Kisah Nabi Musa
5. Peringatan Terakhir Nabi Hud

Kaum ‘Ad tidak juga berubah menjadi menyembah Allah Swt. Mereka tetap keras kepala dan selalu menolak ajaran Nabi Hud, sehingga Allah Swt kemudian menunjukkan kuasa-Nya. Allah Swt mendatangkan gumpalan awan yang berwarna hitam dan juga pekat ke atas kaum ‘Ad.
Kaum ‘Ad sangat berbaik sangka pada awan yang datang itu. Mereka berseru riang karena menganggap bahwa awan yang hitam dan pekat ini adalah tanda akan turunnya hujan yang sekaligus akan menyelamatkan pertanian mereka.
Di tengah-tengah kegembiraan kaum ‘Ad, Nabi Hud kembali tampil untuk memberikan peringatan kepada mereka. Peringatan tersebut menyatakan bahwasanya awan hitam yang datang tersebut bukan pertanda hujan akan turun.
Sebaliknya, awan ini menjadi pertanda bahwa azab Allah Swt akan segera datang dan menimpa mereka. Mendengar peringatan tersebut, kaum ‘Ad tidak bergerak sama sekali. Sekali lagi mereka mengabaikan apa yang disampaikan oleh Nabi Hud.
6. Azab Allah Swt Atas Kaum ‘Ad yang Keras Kepala

Lagi-lagi kaum ‘Ad tidak percaya bahwa perkataan Nabi Hud adalah benar dan mereka justru meminta bukti atas peringatan yang baru saja disampaikan Nabi Hud.
Pada akhirnya, Allah Swt yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu benar-benar menurunkan azab atas kaum ‘Ad.
Kaum ‘Ad dilanda angin topan yang amat dahsyat. Angin ini bahkan mampu merobohkan bangunan serta menyapu berbagai hal termasuk berhala yang kaum ‘Ad sembah dan harta kekayaan mereka. Karena dahsyatnya angin tersebut, berbagai hal menjadi hancur layaknya serbuk.
Disebutkan bahwa angin dahsyat ini berlangsung hingga delapan hari tujuh malam. Kaum ‘Ad yang masih saja menyekutukan Allah Swt binasa, mati bergelimpangan.
Saat angin dahsyat ini terjadi, Allah Swt melindungi dan menyelamatkan Nabi Hud beserta para pengikutnya yang beriman.
Nabi Hud dan para pengikutnya ini tetap tinggal di dalam rumah dan tidak merasakan bahaya angin topan tersebut. Usai kejadian angin topan yang menimpa kaum ‘Ad, Nabi Hud beserta seluruh pengikutnya kemudian pindah ke Hadramaut. Beliau menetap di sana hingga wafat.
Kisah Nabi Hud menjadi cerminan bahwasanya tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah Swt. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan bahwa Allah Swt sangat mengasihi makhluk-Nya.
Allah Swt selalu memberikan kesempatan bertobat kepada siapa saja yang melakukan maksiat, bukannya langsung memberikan azab. Wallahu a’lam bish shawab.