Waktuku.com – Aksara Jawa merupakan salah satu aksara yang memiliki penggunaan cukup kompleks. Pasalnya, aksara yang satu ini berjumlah 20 dan setiap aksaranya memiliki pasangan. Pasangan aksara tidak bisa dipisahkan dari aksara dasar sehingga perlu dihafalkan semua agar tidak tertukar.
Aksara ini juga sering disebut dengan aksara hanacaraka sesuai dengan 5 urutan aksara dasar pertamanya. Diketahui aksara hanacaraka adalah sebuah turunan dari aksara Brahmani yang berasal dari India. Tak heran jika aksara ini sudah digunakan sejak zaman kerajaan hindu-budha di Indonesia.
Tulisan aksara Jawa dan artinya

Selain memiliki tata cara dan aturan penulisan tersendiri, aksara ini juga terdiri dari beberapa jenis huruf. Dengan mengetahui jenis-jenis huruf yang ada di aksara ini, Anda akan bisa lebih mudah untuk bisa melakukan penulisan dengan benar.
baca juga: Aksara Bali
Berikut jenis-jenis huruf pada aksara hanacaraka:
1. Aksara Carakan
Aksara carakan adalah huruf paling dasar pada aksara hanacaraka. Carakan sendiri memiliki arti suku kata yang digunakan untuk menulis kata-kata dalam Bahasa Jawa.
Aksara carakan terdiri dari 20 huruf, yakni ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, dan yang terakhir nga.
Karena setiap huruf pada aksara carakan berakhiran dengan huruf vokal, maka huruf-huruf tersebut tidak bisa digunakan sendiri untuk membentuk kata atau kalimat. Untuk itu, setiap huruf pada aksara carakan dilengkapi dengan pasangan.
baca juga: Aksara Sunda
2. Aksara Pasangan
Seperti yang disebutkan sebelumnya, aksara dasar selalu diawali dengan huruf vokal sehingga dilengkapi dengan pasangan yang berfungsi untuk mematikan huruf vokal tersebut. Aksara pasangan terdiri dari h, m, c, r, k, d, t, s, w, l, p, dh, j, y, ny, m, g, b, t, dan ng.
Aksara pasangan harus ditempatkan dengan benar pada sebuah kata agar kata yang ditulis bisa dibaca dan diartikan. Penempatan aksara pasangan yang salah akan mengakibatkan kata yang akan dituliskan menjadi tidak bisa dibaca.
Contohnya jika ingin menulis “mangan sega” yang berarti makan nasi, maka penulisan dengan aksara carakannya akan berbunyi “manganasega”. Dalam aksara Jawa agar bisa dibaca sesuai dengan arti yang dimaksudkan maka huruf “na” harus dimatikan.
Aksara pasangan “sa” harus diletakkan setelah aksara carakan “na” agar bisa dibaca “n”. Dengan penempatan aksara pasangan “sa”, maka kata yang dibentuk bukan lagi “mangana” tetapi menjadi “mangan”.
baca juga: Aksara Lontara
3. Aksara Swara
Aksara swara berfungsi untuk menuliskan huruf vokal seperti pada penulisan dengan huruf latin pada umumnya. Aksara swara terdiri dari a, i, u, e, dan o.
Selain untuk menuliskan huruf vokal, aksara swara juga bisa dipakai untuk menuliskan kata bahasa asing untuk mempertegas dalam melafalkannya.
Contohnya jika ingin menuliskan kata “Amerika, maka jika dituliskan dengan menggunakan aksara carakan akan terbaca “Hamerika”. Maka, huruf “ha” harus ditambah dengan aksara swara “a” agar tulisan tersebut bisa berbunyi “Amerika”.
baca juga: Aksara Lampung
4. Sandangan Aksara
Sandangan aksara Jawa adalah simbol tambahan untuk merubah nada pada huruf vokal yang dituliskan. Karena sama-sama digunakan pada huruf vokal, banyak orang yang masih tertukar dalam menuliskan aksara swara dan sandangan.
Namun, penggunaan sandangan sebenarnya hanya bisa dilakukan di tengah kalimat atau kata. Cara membaca sandangan pun masih dibedakan ke dalam beberapa macam. Hal ini karena terdapat sekitar 15 jenis sandangan yang masing-masing memiliki cara baca yang berbeda.
baca juga: Aksara Batak
5. Aksara Rekan
Jenis huruf lain yang terdapat pada penulisan aksara Jawa adalah aksara rekan. Aksara ini berfungsi untuk menuliskan huruf serapan yang biasanya terdapat pada bahasa asing seperti Bahasa Arab. Beberapa contoh aksara rekan adalah kh, dz, dan f.
6. Aksara Murda
Jenis huruf berikutnya disebut dengan aksara murda yang berfungsi untuk menuliskan huruf kapital pada aksara hanacaraka. Penulisannya pun hampir sama dengan penulisan huruf kapital pada umumnya, yakni nama depan orang, nama tempat, dan huruf di awal kalimat.
7. Aksara Wilangan
Jika jenis-jenis aksara sebelumnya digunakan untuk menuliskan huruf, maka aksara wilangan digunakan untuk menuliskan angka pada aksara Jawa.
Karena penulisan angka pada hanacaraka juga kerap digunakan maka, Anda tentu perlu mengetahui dan menghafal bentuk dari masing-masing angka.
Tak perlu khawatir, karena Anda hanya perlu menghafal angka 0 hingga 9 karena untuk menuliskan puluhan dan seterusnya tinggal menggabungkan angka-angka satuannya saja.
8. Tanda Baca
Setelah mengetahui penulisan beberapa jenis huruf dan angka dalam aksara hanacaraka, mengetahui tentang jenis tanda baca juga tak kalah penting.
Tanda baca yang disebut sebagai pratanda memiliki aturan tersendiri di dalam penulisannya karena tergantung di mana tanda baca tersebut diletakkan.
Prantanda sangat diperlukan sebagai pemberitahuan untuk mempertegas makna kalimat yang dibuat seperti pada penulisan latin.
Sejarah Aksara Jawa
Aksara ini tak hanya memiliki cara penulisan tersendiri tetapi juga sejarah yang menarik dibaliknya. Sebenarnya, ada banyak versi terkait dengan sejarah aksara hanacaraka, namun legenda berikut ini menjadi sejarah yang banyak dipercaya.
baca juga: Rumah Adat Jawa Barat
1. Cerita Aji Saka
Mulanya, Aji Saka ingin mengunjungi kerajaan Medang Kamulan untuk bertemu Raja Dewata Cengkar yang diketahui suka memakan daging manusia.
Dia dan dua pengawal setianya, Dora dan Sembada bermaksud melawan raja tersebut karena rakyat semakin takut dan resah.
Saat tiba di hutan yang menjadi salah satu wilayah kekuasaan kerajaan, Aji Saka meminta Sembada untuk menjaga keris saktinya.
Sementara, Dia dan Dora melanjutkan perjalanan untuk menemui raja. Setelah menemui raja, dia membuat kesepakatan agar raja menyerahkan sebagian daerah kekuasaanya.
Mereka mulai mengukur daerah yang akan diserahkan dengan menggunakan sorban milik Aji Saka. Sampailah di daerah yang memiliki jurang di tepi laut, saat raja merentangkan sorban tersebut, Aji Saka menggoyangkannya sehingga raja jatuh ke dalam laut.
Mengetahui kematian raja pemakan daging manusia itu, rakyat menyambutnya dengan suka cita dan mengangkat Aji Saka sebagai raja baru.
baca juga: Rumah Adat Jawa Tengah
2. Pertikaian Para Ksatria
Setelah sekian lama, Aji saka ingat keris yang dititipkannya pada Sembada dan meminta Dora untuk mengambilnya. Dora berangkat ke hutan dan menemui Sembada serta menyampaikan perintah Aji saka. Namun, Dora ingat pesan Aji Saka untuk tidak memberikan keris itu kepada siapa saja kecuali dirinya.
Sembada menolak permintaan itu sehingga terjadilah pertikaian antara dua ksatria yang menjadi pengawal Aji Saka tersebut. Mereka tidak mau mengalah karena masing-masing meyakini perintah Aji Saka dan bertarung hingga keduanya tewas.
Kabar kematian itu pun terdengar oleh Aji Saka. Mengetahui hal tersebut, Aji Saka sedih dan menyesali kecerobohannya dalam memberikan perintah.
baca juga: Rumah Adat Jawa Timur
Maka, dia mengenang pengawalnya dengan membuat barisan huruf atau aksara yang menceritakan pertarungan dua ksatria untuk menjaga amanah darinya.
Aksara Jawa terdiri dari berbagai jenis huruf yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam tulisan. Untuk itu, mengetahui jenis-jenis dan cara penulisannya merupakan hal yang penting jika Anda ingin bisa menuliskan aksara ini dengan benar.