Waktuku.com – Batak memiliki berbagai subsuku, seperti simalungun, Mandailing, dan Toba. Mereka menggunakan aksara Batak untuk berkomunikasi satu sama lain meskipun saat ini sudah sangat jarang dilakukan.
Namun, para tetua dari suku Batak masih berusaha untuk menurunkannya ke generasi penerus.
Huruf aksara Batak diperkenalkan dengan menggunakan tulisan karena secara lisan masih digunakan dalam percakapan sehari-hari. Aksara ini memiliki sejarah yang sangat panjang pula.
baca juga: Aksara Bali
Jenis-Jenis Aksara Batak
Berikut ini adalah berbagai jenis aksara, sejarah, cara membaca, dan upaya pelestariannya.
1. Ina Ni Surat
Kata Ina dalam bahasa Batak memiliki arti sebagai ‘ibu”. Aksara ini merupakan huruf dasar atau induk dari semua jenis aksara lainnya. Semua huruf yang masuk ke dalam kategori Ina Ni Surat adalah huruf yang memiliki akhiran dengan bunyi /a/ dan tidak termasuk /i/ dan/u/.
Apa saja huruf yang termasuk ke dalam Ina Ni Surat? Berikut ini adalah daftarnya:
1. A
2. Ha
3. Ka
4. Ba
5. Pa
6. Na
7. Wa
8. Ga
9. Ja
10. Da
11. Ra
12. Ma
13. Ta
14. Sa
15. Ya
16. Nga
17. La
18. Nya
19 Ca
20. Nda
21. Mba
22. I
23. U
baca juga: Aksara Jawa
2. Aksara Batak Anak Ni Surat

Anak ni surat merupakan diakritik berupa tanda-tanda yang akan melengkapi ina ni surat. Dengan penambahan anak ni surat, maka aksara tidak akan selalu berbunyi dengan akhiran /a/ lagi. Anak Ni Surat hampir mirip dengan sistem aksara yang dikenal di Jawa dan Sunda.
1. Talinga
Talinga merupakan sebuah diakritik yang berbentuk garis horizontal yang letaknya berada di sebelah kiri huruf ina ni surat. Talinga berasal dari daerah Mandailing dan kadang disebut juga sebagai hatalingan atau hatadingan. Talinga akan mengubah ina ni surat menjadi berbunyi /e/.
2. Paningil
Berbeda dengan talinga, paningil merupakan salah satu tanda baca yang letaknya berada di sebelah kanan atas. Fungsi paningil adalah menjadikan huruf hijaiyah memiliki bentuk suara /ng/. Biasanya, paningil bisa diberikan di bagian akhir maupun tengah huruf tergantung dari jenis katanya.
baca juga: Aksara Sunda
3. Haborotan
Tanda haborotan diberikan di bagian bawah sebelah kanan dari ina ni surat. Haborotan akan menghasilkan suara /u/ dari setiap huruf yang diberikan. Bentuk haborotan memiliki bentuk yang mirip seperti > namun dengan ukuran yang lebih kecil.
4. Hauluan
Pemberian hauluan diletakkan dibagian samping dari ina ni surat. Hauluan akan membuat bunyi aksara Batak menjadi /i/. Bentuk hauluan mirip seperti huruf /o/ yang sangat kecil. Letaknya berada di sebelah kanan huruf dan berlaku untuk semua jenis suku.
5. Sihora
Sihora akan menghasilkan suara /o/ pada aksara. Bentuknya adalah sebuah tanda silang yang berada di bagian kanan huruf ina ni surat. Sementara untuk versi karo, sihora terletak di bagian kanan atas dengan bentuk >. Meski begitu, jenis suara yang dihasilkan masih sama.
6. Akhiran ou
Tidak semua aksara Batak akan mengenal akhiran ou, namun bunyi diftong yang satu ini dikenal pada suku Batak Simalungun. Ou adalah bentuk anak ni surat yang ditulis ganda, yakni dengan meletakkan tanda garis di kiri atas dan tanda > pada kanan atas.
baca juga: Aksara Lampung
7. Huruf –e^
Bunyi yang satu ini hanya dikenal pada daerah Batak Karo dan Pakpak saja. Huruf ini menjadikan dialeknya mirip dengan cara menyebutkan kata –emas. Untuk versi karo, tanda > diletakkan di sebelah kanan huruf. Sementara Pakpak meletakkannya di bagian kanan atas.
8. Huruf –h
Suara /h/ bisa menjadi akhiran dari huruf atau kata. Tandanya berupa sebuah kotak kecil yang diarsir penuh.letaknya berada di sebagian kanan atas aksara. Bunyi yang satu ini hanya berlaku di Karo, Pakpak dan Simalungun. Sementara Toba dan Mandailing tidak mengenalnya.
9. Pangolat
Pangolat adalah salah satu anak ni surat yang dijadikan tanda henti. Pangolat berbentuk sebuah garis di bagian kanan sebuah aksara. Untuk Karo dan Simalungun, garisnya ditulis dengan bentuk yang lurus. Sementara Pakpak, Toba dan Mandailing ditulis dengan bentuk miring.
baca juga: Aksara Lontara
3. Pembaruan Aksara
Aksara mengalami pembaruan pada tahun 1988 tepatnya tanggal 17 Juni. Konferensi ini diadakan dengan melibatkan pada pemangku adat dan juga pihak pemerintah. Pembaruan ini menghasilkan jenis aksara yang baru sehingga lebih mudah untuk dikenal oleh masyarakat.
Hasil dari seminar ini kemudian menjadikan aksara yang saat ini digunakan oleh masyarakat menjadi lebih sederhana. Aksara juga mudah untuk dihafal. Ada beberapa tambahan aksara seperti qa, va, za, xa, kha dan nya sehingga bisa lebih dinamis dan masuk ke dalam jenis bahasa lainnya.
baca juga: Rumah Adat Sumatera Utara
4. Versi angka

Meski aksaranya sangat unik, namun angka dalam Batak tidak memiliki bentuk yang khusus. Mereka menggunakan aksara yang mirip dengan Arab, tetapi penyebutannya memiliki cara tersendiri. Angka dimulai dari sada, dua, tolu, opat, lima, onom, pitu, palu, sia dan sampulu.
Fungsi Aksara Batak
1. Penyampaian Nasehat
Suku Batak dikenal dengan suku yang melanggengkan nasehat zaman dulu. Mereka harus mengikuti adat dari leluhur hingga kini.
Penyampaian nasehatnya pun dilakukan dengan menggunakan bahasa Batak secara lisan berikut aksaranya untuk tulisan secara tradisional.
2. Untuk Ritual
Suku Batak pun memiliki banyak sekali ritual adat dengan berbagai tujuan. Ada yang memang mengadakan ritual untuk silaturahmi, ada juga yang bersifat keagamaan.
Dalam ritual adat, mereka akan menggunakan bahasa Batak berikut aksaranya jika disampaikan dalam tulisan.
3. Kegiatan Masyarakat
Masyarakat Batak masih dengan bangga menggunakan aksara dan bahasanya hingga kini. Dalam kegiatan masyarakat, mereka cenderung menggunakan bahasa yang satu ini untuk bisa bergaul.
Dalam kegiatan masyarakat umum seperti ceramah, mereka menggunakan aksara dan bahasa Batak.
baca juga: Pakaian Adat Sumatera Utara
4. Maniti Ari
Acara besar dalam suku Toba adalah maniti ari. Acara ini merupakan waktu untuk mencari hari dan bulan baik dalam adat Batak. Maniti ari biasanya dilakukan untuk menentukan kapan sebuah pesta berskala besar dilakukan seperti khitanan atau perkawinan.
5. Menjadi Simbol Batak
Seperti yang kita tahu, bahwa suku Batak sangat kental dengan adat. Aksara dan bahasa menjadi simbol kesukuan mereka sehingga menjadi identitas terutama saat di tanah sendiri.
Bagi Batak Toba, penggunaan aksara dan bahasanya sangat penting sebagai bagian dari kearifan lokal.
baca juga: Perjanjian Roem Royen
Upaya Pelestarian Aksara Batak
Menyimpan Transkrip
Transkrip dengan tulisan aksara Batak Toba disimpan dengan baik di sebuah museum Eropa. Sejumlah negara menyimpannya dengan baik dan dijadikan sebagai bukti perkembangan sejarah dari suku Batak. Banyak sekali orang yang ingin membeli manuskrip karena ingin tahu sejarah dan adat Batak.
Digunakan dalam Acara Besar
Sudah jarang sekali orang yang menggunakan aksara dalam kesehariannya. Itu sebabnya, di dalam acara besar adat Batak digunakanlah aksara ini sehingga orang-orang yang terlibat bisa memahami bahasa yang satu ini dan memperkenalkannya ke generasi muda.
Diajarkan di Sekolah
Meskipun tak lagi diajarkan secara intensif, namun beberapa sekolah masih mengajarkan font aksara Batak sehingga para anak sekolah bisa mempelajarinya.
Hanya saja, mata pelajaran ini hanya dikategorikan sebagai mulok dan tidak semua daerah Sumatera Utara mempelajarinya.
Penggunaan aksara Batak memang tidak semasif zaman dahulu. Meski begitu, pembaruan aksara yang dilakukan tiga dekade silam membuat para generasi muda lebih semangat untuk bisa mempelajari aksara tradisional ini.